Selasa, 17 Januari 2012

Mobilitas Sosial

A. Pengertian Mobilitas Sosial
Ada beberapa pendapat yang memberikan definisi tentang Mobilitas Sosial (Social Mobility) yaitu diantaranya, Kimbal Young dan Raymond W. Mack (1959:293) yang mendefinisikan mobilitas sosial sebagai suatu gerakan dalam struktur sosial (social structure) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial, pendapat lain tentang mobilitas sosial adalah yang didefinisikan oleh Hortn dan Hunt (1987), dimana mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Tingkat mobilitas sosial pada masyarakat yang bersistem kelas sosial terbuka maka mobilitas sosialnya cenderung tinggi, namun sebaliknya pada sistem yang menganut feodal dan kasta cenderung lambat bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali.
B. Bentuk Mobilitas Sosial
Pitriam A. Sorokin (1928:133) membedakan tipe-tipe mobilitas sosial menjadi 2 macam yaitu mobilitas sosial yang horizontal dan vertikal
a. Mobiltas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial jenis ini dimaksudkan sebagai peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Misalnya orang yang beralih kewarganegaraan.
Dalam mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan dalam drajat status seseorang ataupun obyek sosial lainnya. Seorang buruh petani yang pada musim paceklik pindah ke kota untuk berkaja sebagai buruh tidak bisa dikategorikan sebagai mobilitas sosial vertikal karena tidak ada perubahan pendapatan secara signifikan dan ini termasuk mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial horizontal dapat terjadi secara sukarela, dan bisa juga terpaksa, contoh petani diatas adalah terpaksa, sedangkan yang sukarela adalah bila seorang pegawai bank yang anggota pegawai bank yang bosan jadi pegawai dan ingin berkarier sebagai konsultan pajak atau perbankan.
b. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat . mobilitas sosial ada yang naik (social climbing) dan ada yang menurun (social sinking)
Mobilitas sosial yang naik mempunyai dua bentuk utama :
1. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi, kedudukan mana yang telah ada.
2. Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada drajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu pembentuk kelompok tersebut.
Mobilitas sosial yang menurun juga mempunyai dua bentuk utama
1. Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
2. Turunnya derajat sekolompok orang yang dapat berbentuk suatu disintegrasi dalam kelompok sebagai kesatuan.
C. Prinsip-Prinsip Umum Mobilitas Sosial Vertikal
1. Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak tertutup dimana sama sekali tidak ada mobilitas sosial vertikal
2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin mobilitas sosial dapat dilakukan sebebas-bebasnya, tentunya sedikit banyaknya akan mendapat hambatan


3. Tidak ada mobilitas sosial vertikal yang secara umum berlaku pada semua masyarakat
4. Terdapat perbedaan laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi , politik dan pekerjaan.
5. Dilihat dari sejarah, mobilitas sosial vertikal yang disebabkan faktor-faktor ekonomis, politik, dan pekerjaan tak ada kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurangnya laju mobilitas sosial. Hal ini berlaku bagi suatu negara. Lembaga sosial yang besar dan juga bagi sejarah manusia.
D. Saluran Mobilitas Sosial Vertikal
Adapun yang menjadi saluran mobilitas sosial vertikal adalah diantaranya :
1. Angkatan bersenjata : dalam keadaan perang prajurit rendah bisa saja mendapat pangkat yang tinggi karena jasa-jasanya dalam perang
2. Sekolah yang dulunya hanya bisa dimasuki anak orang kaya, sekarang sudah bisa dimasuki anak miskin maka dia menjadi social elevator
3. Lembaga politik dan
4. Lembaga keagamaan dimana seorang anggota biasa menjadi masyarakat yang derajatnya menjadi lebih tinggi.
5. Lembaga ekonomi
Menurut Soedjatmoko (1980) mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas sosial vertikal salah satunya ditentukan oleh kekuatan dan keluwesan struktur sosial dimana dia berada. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan hidup di lingkungan profesional akan lebih mudah meraih status sosial yang tinggi dari penghargaan komunitas dia berada, demikian sebaliknya setinggi apapun pendidikan seseorang tetapi dia berada dalam lingkungan yang masih kuat nilai-nilai primordialisme dan sistem hubungan koneksi maka tidak menjamin adanya mobilitas sosial vertikal yang akan mengangkat dirinya.


Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas sosial yaitu :
1. Faktor struktural yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Ketidak seimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibanding dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah termasuk faktor struktural
2. Faktor individu yang dimaksud faktor individu adalah kualitas orang per orang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikannya, penampilannya, keterampilan pribadi, termasuk faktor nasib dan kemujuran.
Konsekwensi dari adanya mobilitas sosial adalah diantaranya adalah adanya ketidak puasan dan ketidak seimbangan antara keinginan seseorang untuk mencapai suatu status sosial tinggi dengan kenyataan yang diraih atau adanya ketakutan menurunnya status sosial yang sekarang dimilikinnya


source: sosiologi 

0 komentar:

Posting Komentar