tag:blogger.com,1999:blog-64618277784521747842024-03-08T12:35:12.811-08:00socia zonesociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-67107682859217609762012-01-17T03:16:00.000-08:002012-01-17T03:16:09.144-08:00Differensiasi Sosial<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div class="post-body entry-content" id="post-body-3222702234106665770" style="font-size: 110%; line-height: 1.4; position: relative; width: 100%;"><div style="text-align: justify;">1. Pengertian Diferensiasi Sosial</div><div style="text-align: justify;">Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah.</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi Sosial. Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya</div><div style="text-align: justify;">sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.</div><div style="text-align: justify;">Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial</div><div style="text-align: justify;">Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;">a. Ciri Fisik</div><div style="text-align: justify;">Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.</div><div style="text-align: justify;">Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.</div><div style="text-align: justify;">b. Ciri Sosial</div><div style="text-align: justify;">Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.</div><div style="text-align: justify;">Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">c. Ciri Budaya</div><div style="text-align: justify;">Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. Perbedaan Diferensiasi dengan Stratifikasi</div><div style="text-align: justify;">Sebelum kita mempelajari stratifikasi sosial secara khusus pada modul mendatang, dengan melihat tabel di bawah ini secara tegas dapat kita bedakan antara diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial.</div><div style="text-align: justify;">4. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial</div><div style="text-align: justify;">Pengelompokan masyarakat membentuk delapan kriteria diferensiasi sosial.</div><div style="text-align: justify;">a. Diferensiasi Ras</div><div style="text-align: justify;">Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan budayanya.</div><div style="text-align: justify;">Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">1) Menurut A.L. Krober</div><div style="text-align: justify;">• Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)</div><div style="text-align: justify;">• Mongoloid</div><div style="text-align: justify;">- Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)</div><div style="text-align: justify;">- Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan)</div><div style="text-align: justify;">- American Mongoloid (penduduk asli Amerika)</div><div style="text-align: justify;">• Kaukasoid</div><div style="text-align: justify;">- Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)</div><div style="text-align: justify;">- Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)</div><div style="text-align: justify;">- Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)</div><div style="text-align: justify;">- Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)</div><div style="text-align: justify;">• Negroid</div><div style="text-align: justify;">- African Negroid (Benua Afrika)</div><div style="text-align: justify;">- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina)</div><div style="text-align: justify;">- Melanesian (Irian, Melanesia)</div><div style="text-align: justify;">• Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)</div><div style="text-align: justify;">- Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)</div><div style="text-align: justify;">- Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)</div><div style="text-align: justify;">- Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)</div><div style="text-align: justify;">- Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)</div><div style="text-align: justify;">2) Menurut Ralph Linton</div><div style="text-align: justify;">• Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang,</div><div style="text-align: justify;">Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.</div><div style="text-align: justify;">• Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.</div><div style="text-align: justify;">• Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman.</div><div style="text-align: justify;">b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)</div><div style="text-align: justify;">Apa yang dimaksud dengan suku bangsa atau etnis itu ?</div><div style="text-align: justify;">Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan</div><div style="text-align: justify;">berikut :</div><div style="text-align: justify;">- ciri fisik - kesenian</div><div style="text-align: justify;">- bahasa daerah - adat istiadat</div><div style="text-align: justify;">Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :</div><div style="text-align: justify;">- di Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dsb.;</div><div style="text-align: justify;">- di Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;</div><div style="text-align: justify;">- di Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb.;</div><div style="text-align: justify;">- di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-Mangondow, Gorontalo, dsb.;</div><div style="text-align: justify;">- di Kep. Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;</div><div style="text-align: justify;">- di Kep. Maluku dan : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.</div><div style="text-align: justify;">- Irian</div><div style="text-align: justify;">c. Diferensiasi Klen (Clan)</div><div style="text-align: justify;">Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).</div><div style="text-align: justify;">• Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada:</div><div style="text-align: justify;">- Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)</div><div style="text-align: justify;">- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus</div><div style="text-align: justify;">- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar;</div><div style="text-align: justify;">- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.</div><div style="text-align: justify;">- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.</div><div style="text-align: justify;">- Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.</div><div style="text-align: justify;">- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.</div><div style="text-align: justify;">• Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai, dsb. Masyarakat di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal.</div><div style="text-align: justify;">d. Diferensiasi Agama</div><div style="text-align: justify;">Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi, Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.</div><div style="text-align: justify;">1) Komponen-komponen Agama</div><div style="text-align: justify;">• Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.</div><div style="text-align: justify;">• Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">• Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.</div><div style="text-align: justify;">• Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.</div><div style="text-align: justify;">• Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.</div><div style="text-align: justify;">2) Agama dan Masyarakat</div><div style="text-align: justify;">Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">e. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)</div><div style="text-align: justify;">Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.</div><div style="text-align: justify;">f. Diferensiasi Jenis Kelamin</div><div style="text-align: justify;">Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">g. Diferensiasai Asal Daerah</div><div style="text-align: justify;">Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:</div><div style="text-align: justify;">- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa;</div><div style="text-align: justify;">- masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut ini :</div><div style="text-align: justify;">- perilaku</div><div style="text-align: justify;">- tutur kata</div><div style="text-align: justify;">- cara berpakaian</div><div style="text-align: justify;">- cara menghias rumah, dsb.</div><div style="text-align: justify;">h. Diferensiasi Partai</div><div style="text-align: justify;">Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/berkuasa, maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">source:<a href="http://nalu-naluto.blogspot.com/2010/09/differensiasi-sosial.htm"> Sosiologi</a> </div><div style="clear: both;"></div></div><div class="post-footer" style="background-color: #f9f9f9; border-bottom-color: rgb(238, 238, 238); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; color: #666666; font-size: 90%; line-height: 1.6; margin-bottom: 0px; margin-left: -2px; margin-right: -2px; margin-top: 20px; padding-bottom: 5px; padding-left: 10px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; text-align: justify;"></div></span>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-239967384090527702012-01-17T03:04:00.000-08:002012-01-17T03:11:07.214-08:00Mobilitas Sosial<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">A. Pengertian Mobilitas Sosial</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ada beberapa pendapat yang memberikan definisi tentang Mobilitas Sosial (Social Mobility) yaitu diantaranya, Kimbal Young dan Raymond W. Mack (1959:293) yang mendefinisikan mobilitas sosial sebagai suatu gerakan dalam struktur sosial (social structure) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial, pendapat lain tentang mobilitas sosial adalah yang didefinisikan oleh Hortn dan Hunt (1987), dimana mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Tingkat mobilitas sosial pada masyarakat yang bersistem kelas sosial terbuka maka mobilitas sosialnya cenderung tinggi, namun sebaliknya pada sistem yang menganut feodal dan kasta cenderung lambat bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">B. Bentuk Mobilitas Sosial</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pitriam A. Sorokin (1928:133) membedakan tipe-tipe mobilitas sosial menjadi 2 macam yaitu mobilitas sosial yang horizontal dan vertikal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">a. Mobiltas Sosial Horizontal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mobilitas sosial jenis ini dimaksudkan sebagai peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Misalnya orang yang beralih kewarganegaraan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dalam mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan dalam drajat status seseorang ataupun obyek sosial lainnya. Seorang buruh petani yang pada musim paceklik pindah ke kota untuk berkaja sebagai buruh tidak bisa dikategorikan sebagai mobilitas sosial vertikal karena tidak ada perubahan pendapatan secara signifikan dan ini termasuk mobilitas sosial horizontal.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mobilitas sosial horizontal dapat terjadi secara sukarela, dan bisa juga terpaksa, contoh petani diatas adalah terpaksa, sedangkan yang sukarela adalah bila seorang pegawai bank yang anggota pegawai bank yang bosan jadi pegawai dan ingin berkarier sebagai konsultan pajak atau perbankan.<a name='more'></a></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">b. Mobilitas Sosial Vertikal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mobilitas sosial vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat . mobilitas sosial ada yang naik (social climbing) dan ada yang menurun (social sinking)</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mobilitas sosial yang naik mempunyai dua bentuk utama :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">1. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi, kedudukan mana yang telah ada.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada drajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu pembentuk kelompok tersebut.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mobilitas sosial yang menurun juga mempunyai dua bentuk utama</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">1. Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Turunnya derajat sekolompok orang yang dapat berbentuk suatu disintegrasi dalam kelompok sebagai kesatuan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">C. Prinsip-Prinsip Umum Mobilitas Sosial Vertikal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">1. Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak tertutup dimana sama sekali tidak ada mobilitas sosial vertikal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin mobilitas sosial dapat dilakukan sebebas-bebasnya, tentunya sedikit banyaknya akan mendapat hambatan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">3. Tidak ada mobilitas sosial vertikal yang secara umum berlaku pada semua masyarakat</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">4. Terdapat perbedaan laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi , politik dan pekerjaan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">5. Dilihat dari sejarah, mobilitas sosial vertikal yang disebabkan faktor-faktor ekonomis, politik, dan pekerjaan tak ada kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurangnya laju mobilitas sosial. Hal ini berlaku bagi suatu negara. Lembaga sosial yang besar dan juga bagi sejarah manusia.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">D. Saluran Mobilitas Sosial Vertikal</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Adapun yang menjadi saluran mobilitas sosial vertikal adalah diantaranya :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">1. Angkatan bersenjata : dalam keadaan perang prajurit rendah bisa saja mendapat pangkat yang tinggi karena jasa-jasanya dalam perang</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Sekolah yang dulunya hanya bisa dimasuki anak orang kaya, sekarang sudah bisa dimasuki anak miskin maka dia menjadi social elevator</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">3. Lembaga politik dan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">4. Lembaga keagamaan dimana seorang anggota biasa menjadi masyarakat yang derajatnya menjadi lebih tinggi.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">5. Lembaga ekonomi</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menurut Soedjatmoko (1980) mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas sosial vertikal salah satunya ditentukan oleh kekuatan dan keluwesan struktur sosial dimana dia berada. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan hidup di lingkungan profesional akan lebih mudah meraih status sosial yang tinggi dari penghargaan komunitas dia berada, demikian sebaliknya setinggi apapun pendidikan seseorang tetapi dia berada dalam lingkungan yang masih kuat nilai-nilai primordialisme dan sistem hubungan koneksi maka tidak menjamin adanya mobilitas sosial vertikal yang akan mengangkat dirinya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas sosial yaitu :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">1. Faktor struktural yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Ketidak seimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibanding dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah termasuk faktor struktural</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Faktor individu yang dimaksud faktor individu adalah kualitas orang per orang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikannya, penampilannya, keterampilan pribadi, termasuk faktor nasib dan kemujuran.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Konsekwensi dari adanya mobilitas sosial adalah diantaranya adalah adanya ketidak puasan dan ketidak seimbangan antara keinginan seseorang untuk mencapai suatu status sosial tinggi dengan kenyataan yang diraih atau adanya ketakutan menurunnya status sosial yang sekarang dimilikinnya</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia;">source:<a href="http://rahmansyah.com/wp-content/uploads/2011/07/MOBILITAS-SOSIAL.pdf"> sosiologi</a> </span>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-87433686431202883752012-01-17T02:55:00.000-08:002012-01-17T02:56:05.464-08:00Interaksi Sosial<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #303030; line-height: 17px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #303030; font-family: Verdana; font-size: 11px; line-height: 17px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” (p. 22). Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial” (p. 50).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004, p. 216).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Macam - Macam Interaksi Sosial</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23) :</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Interaksi antara individu dan individu</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Interaksi antara individu dan kelompok</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.<a name='more'></a></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu (p. 49) :</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">a. Kerja sama</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">b. Akomodasi</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">c. Asimilasi</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">d. Akulturasi</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">kebudayaan itu sendiri.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :</span></span></div><span class="fullpost" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">a. Persaingan</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">b. Kontravensi</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">c. Konflik</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ciri - Ciri Interaksi Sosial</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain (p. 23) :</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu</span></span></div><span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu (p. 26) :</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">a. Kontak sosial</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">b. Komunikasi</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">source:</span></span><a href="http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk-ciri.html"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"> sosiologi</span></span></a><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"> </span></span></div></span></span>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-26263611345363586162012-01-17T02:46:00.000-08:002012-01-17T02:46:45.884-08:00stratifikasi sosial<div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Definisi / pengertian dari status sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Berikut di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas :</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="text-align: justify;">1. Ascribed Status</div><div style="text-align: justify;">Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.</div><br />
<div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="text-align: justify;">2. Achieved Status</div><div style="text-align: justify;">Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.</div><br />
<div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="text-align: justify;">3. Assigned Status</div><div style="text-align: justify;">Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.<a name='more'></a></div><br />
<div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">B. Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1. Stratifikasi Sosial Tertutup</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2. Stratifikasi Sosial Terbuka</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.</div><div style="background-color: white; color: #494949; font-family: Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 1.2em; margin-top: 0.6em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">source: <a href="http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi">sosiologi</a></div>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-85521469715000434492012-01-17T02:40:00.000-08:002012-01-17T02:40:21.751-08:00Nilai dan Norma Sosial<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Pengertian Nilai Sosial</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. <span id="more-268"></span> Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan, atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Apakah yang dimaksud dengan nilai sosial?</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (<strong><em>value</em></strong>) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.</div><a name='more'></a><br />
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Macam-macam Nilai Sosial</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Prof. Notonegoro</strong> membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) <strong>Nilai material</strong>, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2) <strong>Nilai vital</strong>, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) <strong>Nilai kerohanian</strong>, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Nilai individual – nilai sosial</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai sosial.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Ciri-ciri nilai sosial:</strong><strong></strong></div><ul style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang tercipta melalui interaksi sosial,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi, dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tanpa disadari lagi (enkulturasi),</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial bersifat relative,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial berkaitan satu dengan yang lain membentuk sistem nilai,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial melibatkan unsur emosi dan kejiwaan, dan</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi.</li>
</ul><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Fungsi nilai sosial</strong>.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Nilai Sosial dapat berfungsi:</div><ul style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan cita-cita atau harapan,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sebagai petunjuk arah mengenai cara berfikir dan bertindak, panduan menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penghargaan sosial, pengumpulan orang dalam suatu unit sosial,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sebagai benteng perlindungan atau menjaga stabilitas budaya.</li>
</ul><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Kerangka Nilai Sosial</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Antara masyarakat yang satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki nilai yang sama atau pun berbeda. Cobalah ingat pepatah lama dalam Bahasa Indonesia: “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, atau pepatah dalam bahasa Jawa: “<em>desa mawa cara, negara mawa tata</em>”. Pepatah-pepatah ini menunjukkan kepada kita tentang adanya perbedaan nilai di antara masyarakat atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Mengetahui sistem nilai yang dianut oleh sekelompok orang atau suatu masyarakat tidaklah mudah, karena nilai merupakan konsep asbtrak yang hidup di alam pikiran para warga masyarakat atau kelompok. Namun lima kerangka nilai dari Cluckhohn yang di Indonesia banyak dipublikasikan oleh antropolog Koentjaraningrat berikut ini dapat dijadikan acuan untuk mengenali nilai macam apa yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Lima kerangka nilai yang dimaksud adalah:</div><ul style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tanggapan mengenai hakekat hidup (MH), variasinya: ada individu, kelompok atau masyarakat yang memiliki pandangan bahwa “hidup itu baik” atau “hidup itu buruk”,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tanggapan mengenai hakikat karya (MK), variasinya: ada orang yang menganggap karya itu sebagai status, tetapi ada juga yang menganggap karya itu sebagai fungsi,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tanggapan mengenai hakikat waktu(MW), variasinya: ada kelompok yang berorientasi ke masa lalu, sekarang atau masa depan,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tanggapan mengenai hakikat alam (MA), Variainya: masyarakat Industri memiliki pandangan bahwa manusia itu berada di atas alam, sedangkan masyarakat agraris memiliki pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam. Dengan pandangannya terhadap alam tersebut, masyarakat industri memiliki pandangan bahwa manusia harus menguasai alam untuk kepentingan hidupnya, sedangkan masyarakat agraris berupaya untuk selalu menyerasikan kehidupannya dengan alam,</li>
<li style="list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tanggapan mengenai hakikat manusia (MM), variasi: masyarakat tradisional atau feodal memandang orang lain secara vertikal, sehingga dalam masyarakat tradisional terdapat perbedaan harga diri (prestige) yang tajam antara para pemimpin (bangsawan) dengan rakyat jelata. Sedangkan masyarakat industrial memandang manusia yang satu dengan yang lain secara horizontal (sejajar).</li>
</ul><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Pengertian Norma sosial</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Apa hubungannya antara nilai dengan norma? Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Berbagai macam norma dalam masyarakat</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat:</div><ol style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Tata cara atau <strong><em>usage. </em></strong>Tata cara (<em>usage</em>); merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kebiasaan (<em>folkways</em>). Kebiasaan (<em>folkways</em>); merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, dst.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Tata kelakuan (<em>mores</em>). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Adat (<em>customs</em>). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.</li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 20px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Hukum (<em>law</em>). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas.</li>
</ol><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Mode atau fashion.</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Di samping lima macam norma yang telah disebutkan itu, dalam masyarakat masih terdapat satu jenis lagi yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berkaitan dengan estetika atau keindahan, seperti pakaian, musik, arsitektur rumah, interior mobil, dan sebagainya. Norma jenis ini disebut mode atau <em>fashion</em>. Fashion dapat berada pada tingkat usage, folkways, mores, custom, bahkan law.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><strong>Hubungan antara nilai dengan norma sosial</strong></div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Di wilayah perdesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan telivisi swasta mulai dikenal, perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergesaran nilai, misalnya tentang kesopanan. Tayangan-tayangan yang didominasi oleh sinetron-sinetron mutakhir yang acapkali memperlihatkan artis-artis yang berpakaian relatif terbuka, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat menjadi semakin longgar. Berbagai kalangan semakin permisif terhadap kaum remaja yang pada mulanya berpakaian normal, menjadi ikut latah berpakaian minim dan terkesan makin berani. Model rambut panjang kehitaman yang dulu menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin sekarang telah dianggap sebagai simbol ketertinggalan. Sebagai gantinya, yang sekarang dianggap trendy dan sesuai dengan konteks zaman sekarang (modern) adalah model rambut pendek dengan warna pirang atau kocoklat-coklatan. Jadi berubahnya nilai akan berpengaruh terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.</div><div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 20px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">source:<a href="http://agsasman3yk.wordpress.com/2009/09/01/nilai-dan-norma-sosial/"> sosiologi</a></div>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-68902713763107334222011-12-18T07:24:00.000-08:002011-12-22T07:33:50.367-08:00Konflik Sosial<span style="background-color: #741b47;"></span><br />
<br />
<b>A. PENGERTIAN KONFLIK SOSIAL</b><br />
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia. <br />
<div class="center"><div class="floatnone"><a class="image" href="http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Demo.jpg" title="Demo.jpg"><img alt="" border="0" height="316" src="http://www.crayonpedia.org/wiki/images/1/14/Demo.jpg" width="484" /></a><br />
<br />
<a name='more'></a></div></div>Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002) diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Menurut Kartono & Gulo (1987), konflik berarti ketidaksepakatan dalam satu pendapat emosi dan tindakan dengan orang lain. Keadaan mental merupakan hasil impuls-impuls, hasrat-hasrat, keinginan-keinginan dan sebagainya yang saling bertentangan, namun bekerja dalam saat yang bersamaan. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent). Gambar 6.1 menjelaskan tentang perilaku manusia yang muncul akibat dari perbedaan pendapat. Demonstrasi yang dilakukan untuk menentang kebijakan negara adalah salah satu bentuk perbedaan pendapat dan kepentingan antara kelompok masyarakat dengan negara atau dengan kelompok lainnya. Fenomena ini termasuk dalam kategori konflik, walaupun tidak mengarah kepada pertentangan fisik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama. Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana salah satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut (Robbins, 1996). Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bisa terjadi karena hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan (Fisher, dalam Saputro, 2003). Sedangkan White & Bednar (1991) mendefinisikan konflik sebagai suatu interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam mencapai tujuan itu. Jika tindakan seseorang individu untuk memenuhi dan memaksimal kan kebutuhannya menghalangi atau membuat tindakan orang lain jadi tidak efektif untuk memenuhi dan memaksimalkan kebutuhan orang tersebut, maka terjadilah konflik kepentingan (conflict of interest) (Deustch dalam Johnson & Johnson, 1991). Cassel Concise dalam Lacey (2003) mengemukakan bahwa konflik sebagai “a fight, a collision; a struggle, a contest; opposition of interest, opinion or purposes; mental strife, agony”. Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa konflik adalah suatu pertarungan, suatu benturan; suatu pergulatan; pertentangan kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan; pergulatan mental, penderitaan batin. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seorang terhadap dirinya, orang lain, orang dengan kenyataan apa yang diharapkan (Mangkunegara, 2001). Konflik juga merupakan perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak (two parties)yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka dan atau mengganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya (Wexley &Yukl, 1988). Gambar 6.2 di bawah ini adalah salah satu contoh konflik yang sesuai dengan pendapat di atas, yaitu ketika apa yang diharapkan oleh suporter persebaya agar kesebelasan kesayangannya menang tidak terwujud, akibatnya dia melakukan berbagai tindakan penyerangan kepada siapa saja, termasuk kepada aparat keamanan. <br />
<div class="center"><div class="floatnone"><a class="image" href="http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Persebaya.jpg" title="Persebaya.jpg"><img alt="" border="0" height="322" src="http://www.crayonpedia.org/wiki/images/c/cc/Persebaya.jpg" width="554" /></a></div></div>Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas dasar kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan (Syaifuddin, dalam Soetopo dan Supriyanto, 2003). Dalam hubungannya dengan pertentangan sebagai konflik, Marck, Synder dan Gurr membuat kriteria yang menandai suatu pertentangan sebagai konflik. Pertama, sebuah konflik harus melibatkan dua atau lebih pihak di dalamnya; Kedua, pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi (mutualy opposing actions); Ketiga, mereka biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan “sang musuh”. Keempat, interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan itu dapat dideteksi dan dimufakati dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat dalam pertentangan (Gurr, dalam Soetopo, 2001). Konflik dalam pengertian yang luas dapat dikatakan sebagai segala bentuk hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan (antagonistik) (Indrawijaya, 1986). Konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda. Konflik juga merupakan suatu interaksi yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas mulai dari bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka (Clinton dalam Soetopo dan Supriyanto, 2003). Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi yang disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen, serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan ide (Mulyasa, 2003). Hocker & Wilmot (1991) memberikan definisi yang cukup luas terhadap konflik sebagai “an expressed struggle betwen at least two interdependent parties who perceive incompatibel goal, scarce rewards, and interference from the other parties in achieving their goals”. Seseorang dikatakan terlibat konflik dengan pihak lain jika sejumlah ketidaksepakatan muncul antara keduanya, dan masing-masing menyadari adanya ketidaksepakatan itu. Jika hanya satu pihak yang merasakan ketidaksetujuan, sedang yang lain tidak, maka belum bisa dikatakan konflik antara dua pihak. Dengan kata lain, dua pihak harus menyadari adanya masalah sebelum mereka berada di dalam konflik. Semua konflik seringkali dipandang sebagai pencapaian tujuan satu pihak dan merupakan kegagalan pencapaian tujuan pihak lain. Hal ini karena seringkali orang memandang tujuannya sendiri secara lebih penting, sehingga meskipun konflik yang ada sebenarnya merupakan konflik yang kecil, seolah-olah tampak sebagai konflik yang besar. Konflik muncul diakibatkan salah satunya perebutan sumberdaya. Misalnya, jika dua orang duduk sebangku dalam kelas, maka bangku itu menjadi sumberdaya. Apabila salah satu pihak bertingkah laku seakanakan mau menguasai kamar, pihak lain akan terganggu maka terjadilah konflik diakibatkan sumberdaya. Pihak-pihak yang berkonflik saling tergantung satu sama lain, karena kepuasan seseorang tergantung perilaku pihak lain. Jika kedua pihak merasa tidak perlu untuk menyelesaikan masalah, maka perpecahan tidak dapat dihindari. Banyak konflik yang tidak terselesaikan karena masing-masing pihak tidak memahami sifat saling ketergantungan. Selama ini konflik sering dihubungkan dengan agresi. Broadman & Horowitz (dalam Kusnarwatiningsih, 2007) menyatakan bahwa konflik dan agresi merupakan dua hal yang berbeda. Konflik tidak selalu menghasilkan kerugian, tetapi juga membawa dampak yang konstruktif bagi pihak-pihak yang terlibat, sedangkan agresi hanya membawa dampak-dampak yang merugikan bagi individu. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu pertentangan dalam bentuk-bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka antara dua pihak atau lebih yang saling tergantung satu sama lain yang sama-sama merasakan tujuan yang saling tidak cocok, kelangkaan sumber daya dan hambatan yang didapat dari pihak lain dalam mencapai tujuannya. Tawuran antar pelajar (Gambar 6.3) adalah salah satu contoh konflik yang sering terjadi di kalangan pelajar. <br />
<div class="center"><div class="floatnone"><a class="image" href="http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Tawuran.jpg" title="Tawuran.jpg"><img alt="" border="0" height="338" src="http://www.crayonpedia.org/wiki/images/8/81/Tawuran.jpg" width="526" /></a></div></div>Konflik pada dasarnya merupakan bagian dari kehidupan sosial, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Coser (1956) menyatakan: konflik dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti (Poloma, 1994). Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Dahrendorf (1986), membuat 4 postulat yang menunjukkan keniscayaan itu, yaitu: (1) setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial terdapat di manamana; (2) setiap masyarakat memperlihatkan konflik dan pertentangan, konflik terdapat di mana-mana; (3) setiap unsur dalam masyarakat memeberikan kontribusi terhadap desintegrasi dan perubahan; (4) setiap masyarakat dicirikan oleh adanya penguasaan sejumlah kecil orang terhadap sejumlah besar lainnya. Coser (1956) mengutip hasil pengamatan Simmel, menunjukkan bahwa konflik mungkin positif sebab dapat meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan keutuhan dan keseimbangan. Coser menyatakan bahwa masyarakat yang terbuka dan berstruktur longgar membangun benteng untuk membendung tipe konflik yang akan membahayakan konsensus dasar kelompok itu dari serangan terhadap nilai intinya dengan membiarkan konflik itu berkembang di sekitar masalah-masalah yang tidak mendasar (Poloma, 1994). Dengan demikian berarti, konflik yang menyentuh nilai-nilai inti akan dapat mengubah struktur sosial sedangkan konflik yang mempertentangkan nilai-nilai yang berada di daerah pinggiran tidak akan sampai menimbulkan perpecahan yang dapat membahayakan struktur sosial. Cobb dan Elder (1972) mengungkapkan adanya tiga dimensi penting dalam konflik politik: (1) luas konflik; (2) intensitas konflik; dan (3) ketampakan konflik. Luas konflik, menunjuk pada jumlah perorangan atau kelompok yang terlibat dalam konflik, dan menunjuk pula pada skala konflik yang terjadi (misalnya: konflik lokal, konflik etnis, konflik nasional, konflik internasional, konflik agama dan sebagainya). Intensitas konflik adalah luas-sempitnya komitmen sosial yang bisa terbangun akibat sebuah konflik. Konflik yang intensitasnya tinggi adalah konflik yang bisa membangun komitmen sosial yang luas, sehingga luas konflikpun mengembang. Adapun ketampakan konflik adalah tingkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat di luar pihak-pihak yang berkonflik tentang peristiwa konflik yang terjadi. Sebuah konflik dikatakan memiliki ketampakan yang tinggi manakala peristiwa konflik itu disadari dan diketahui detail keberadaannya oleh masyarakat secara luas. Sebaliknya, sebuah konflik memiliki ketampakan rendah manakala konflik itu terselimuti oleh berbagai hal sehingga tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat luas terhadap konflik itu sangat terbatas. Pandangan tradisional tentang konflik mengandaikan konflik itu buruk, dipandang secara negatif, dan disinonimkan dengan istilah kekerasan (violence), destruksi, dan ketidakrasionalan demi memperkuat konotasi negatifnya. Konflik adalah merugikan, oleh karena itu harus dihindari (Robbins, 1996). Pandangan pada masa kini melihat konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam kehidupan kelompok dan organisasi. Dalam interaksi antara manusia, konflik tidak dapat disingkirkan, tidak terelakkan, bahkan ada kalanya konflik dapat bermanfaat pada kinerja kelompok. Berdasarkan pendekatan interaksionis memandang konflik atas dasar bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh karena itu, kaum interaksionis mendorong pemimpin suatu kelompok apapun untuk mempertahankan suatu tingkat minimum berkelanjutan dari konflik, sehingga cukup untuk membuat kelompok itu hidup, kritis-diri dan kreatif. Perlu ditegaskan, bahwa pendekatan interaksionis tersebut tidak berarti memandangan semua konflik adalah suatu hal yang baik, tetap memandang konflik adalah suatu hal yang tidak baik. Kaum interaksional memandang ada konflik yang mendukung tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok, biasa disebut dengan konflik fungsional, sedangkan ada konflik yang menghalangi kinerja kelompok atau yang disebut dengan konflik disfungsional atau destruktif. <br />
<b>B. SUMBER KONFLIK SOSIAL</b><br />
Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut: (1) perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan, (2) langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi, dan (3) persaingan. Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul (Johnson & Johnson, 1991). Menurut Anoraga (dalam Saputro, 2003) suatu konflik dapat terjadi karena perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif.<br />
1. Perbedaan pendapat<br />
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau<br />
mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya. <br />
2. Salah paham<br />
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.<br />
3. Ada pihak yang dirugikan<br />
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci.<br />
4. Perasaan sensitif<br />
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.<br />
Baron & Byrne (dalam Kusnarwatiningsih, 2007) mengemukakan konflik disebabkan antara lain oleh perebutan sumber daya, pembalasan dendam, atribusi dan kesalahan dalam berkomunikasi. Sedangkan Soetopo (2001) juga mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya konflik, antara lain: (1) ciri umum dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; (2) hubungan pihak-pihak yang mengalami konflik sebelum terjadi konflik; (3) sifat masalah yang menimbulkan konflik; (4) lingkungan sosial tempat konflik terjadi; (5) kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; (6) strategi yang biasa digunakan pihak-pihak yang mengalami konflik; (7) konsekuensi konflik terhadap pihak yang mengalami konflik dan terhadap pihak lain; dan (8) tingkat kematangan pihak-pihak yang berkonflik. Ada enam kategori penting dari kondisi-kondisi pemula (antecedent conditions) yang menjadi penyebab konflik, yaitu: (1) persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources), (2) ketergantungan pekerjaan (task interdependence), (3) kekaburan bidang tugas (jurisdictional ambiguity), (4) problem status (status problem), (5) rintangan komunikasi (communication barriers), dan (6) sifat-sifat individu (individual traits) (Robbins, Walton & Dutton dalam Wexley & Yukl, 1988).<br />
Schmuck (dalam Soetopo dan Supriyanto, 1999) mengemukakan bahwa kategori sumber-sumber konflik ada empat, yaitu (1) adanya perbedaan fungsi dalam organisasi, (2) adanya pertentangan kekuatan antar orang dan subsistem, (3) adanya perbedaan peranan, dan (4) adanya tekanan yang dipaksakan dari luar kepada organisasi. <br />
Sedangkan Handoko (1998) menyatakan bahwa sumber-sumber konflik adalah sebagai berikut.<br />
1. Komunikasi: salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan<br />
tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.<br />
2. Struktur: pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.<br />
3. Pribadi: ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka,<br />
dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.<br />
Berbeda pula dengan pendapat Mangkunegara (2001) bahwa penyebab konflik dalam organisasi adalah: (1) koordinasi kerja yang tidak dilakukan, (2) ketergantungan dalam pelaksanaan tugas, (3) tugas yang tidak jelas (tidak ada diskripsi jabatan), (4) perbedaan dalam orientasi kerja, (5) perbedaan dalam memahami tujuan organisasi, (6) perbedaan persepsi, (7) sistem kompetensi intensif (reward), dan (8) strategi permotivasian yang tidak tepat. Berdasarkan beberapa pendapat tentang sumber konflik sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber konflik dapat berasal dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu misalnya adanya perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan dari lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada.<br />
1. Faktor Penyebab Konflik<br />
a. Perbedaan individu<br />
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.<br />
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan<br />
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.<br />
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan<br />
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda- beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.<br />
Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka. <br />
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat<br />
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. <br />
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan prosesproses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada. <br />
<br />
<br />
<b>C. BENTUK KONFLIK SOSIAL</b><br />
Sasse (1981) mengajukan istilah yang bersinonim maknanya dengan nama conflict style, yaitu cara orang bersikap ketika menghadapi pertentangan. Conflict style ini memiliki kaitan dengan kepribadian. Maka orang yang berbeda akan menggunakan conflict style yang berbeda pada saat mengalami konflik dengan orang lain. Sedangkan Rubin (dalam Farida, 1996) menyatakan bahwa konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang individu, antar individu, kelompok, organisasi maupun antar negara. Ada banyak kemungkinan menghadapi konflik yang dikenal dengan istilah manajemen konflik. Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya. Soetopo (1999) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu:<br />
1. Konflik tujuan<br />
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif.<br />
2. Konflik peranan<br />
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang<br />
sama.<br />
3. Konflik nilai<br />
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik<br />
dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi.<br />
4. Konflik kebijakan<br />
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya. <br />
<div class="center"><div class="floatnone"><a class="image" href="http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Anti_kapital.jpg" title="Anti kapital.jpg"><img alt="" border="0" height="370" src="http://www.crayonpedia.org/wiki/images/1/14/Anti_kapital.jpg" width="550" /></a></div></div>Gambar 6.4 adalah contoh yang menunjukkan ragam dan bentuk konflik yang terjadi di masyarakat. Dipandang dari akibat maupun cara penyelesaiannya, Furman & McQuaid (dalam Farida, 1996) membedakan konflik dalam dua tipe yang berbeda, yaitu konflik destruktif dan konstruktif. <br />
Konflik dipandang destruktif dan disfungsional bagi individu yang terlibat apabila:<br />
1. Konflik terjadi dalam frekuensi yang tinggi dan menyita sebagian besar kesempatan individu untuk berinteraksi. Ini menandakan bahwa problem tidak diselesaikan secara kuat. Sebaliknya, konflik yang konstruktif terjadi dalam frekuensi yang wajar dan masih memungkinkan individu-individunya berinteraksi secara harmonis.<br />
2. Konflik diekspresikan dalam bentuk agresi seperti ancaman atau paksaan dan terjadi pembesaran konflik baik pembesaran masalah yang menjadi isu konflik maupun peningkatan jumlah individu yang terlibat. Dalam konflik yang konstruktif isu akan tetap terfokus dan dirundingkan melalui proses pemecahan masalah yang saling menguntungkan.<br />
3. Konflik berakhir dengan terputusnya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam konflik yang konstruktif, kelangsungan hubungan antara pihak-pihak yang terlibat akan tetap terjaga. Sedangkan Handoko (1984) membagi konflik menjadi 5 jenis yaitu: (1) konflik dari dalam individu, (2) konflik antar individu dalam organisasi yang sama, (3) konflik antar individu dalam kelompok, (4) konflik antara kelompok dalam organisasi, (5) konflik antar organisasi.<br />
Berbeda dengan pendapat diatas Mulyasa (2003) membagi konflik berdasarkan tingkatannya menjadi enam yaitu: (1) konflik intrapersonal, (2) konflik interpersonal, (3) konflik intragroup, (4) konflik intergroup, (5) konflik intraorganisasi, dan (6) konflik interorganisasi. Menurut Dahrendorf (1986), konflik dibedakan menjadi 4 macam: (1) konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role); (2) konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank); (3) konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa); dan (4) konflik antar satuan nasional (perang saudara). Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group) yang mengalami konflik dengan kelompok lain; (2) keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai; (3) perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbul nya rasa dendam, benci, saling curiga dan sebagainya; (4) kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia; dan (5) dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.<br />
Para pakar teori konflik mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut.<br />
1. Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.<br />
2. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.<br />
3. Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.<br />
4. Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik. <br />
<b>D. PROSES KONFLIK</b><br />
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) oposisi atau ketidakcocokan potensial; (2) kognisi dan personalisasi; (3) maksud; (4) perilaku; dan (5) hasil. Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang mencipta-kan kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu harus muncul. Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman. Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggotatujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok-kelompok. Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten. Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima, yaitu: (1) bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain dalam suatu episode konflik; (2) berkolaborasi, bila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing berhasrat untuk memenuhi sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencaharian hasil yang bermanfaat bagi semua pihak; (3) mengindar, bilamana salah satu dari pihak-pihak yang berkonflik mempunyai hasrat untuk menarik diri, mengabaikan dari atau menekan suatu konflik; (4) mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya diatas kepentingannya; dan (5) berkomromi, adalah suatu situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing. Perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat an untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salahpaham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja kelompok.oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi: upaya terang-terang an untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salahpaham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja kelompok. <br />
<br />
E. POLA PENYELESAIAN KONFLIK<br />
Konflik dapat berpengaruh positif atau negatif, dan selalu ada dalam kehidupan. Oleh karena itu konflik hendaknya tidak serta merta harus ditiadakan. Persoalannya, bagaimana konflik itu bisa dimanajemen sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan disintegrasi sosial. Pengelolaan konflik berarti mengusahakan agar konflik berada pada level yang optimal. Jika konflik menjadi terlalu besar dan mengarah pada akibat yang buruk, maka konflik harus diselesaikan. Di sisi lain, jika konflik berada pada level yang terlalu rendah, maka konflik harus dibangkitkan (Riggio, 1990). Berbeda lagi dengan yang dinyatakan oleh Soetopo (1999) bahwa strategi pengelolaan konflik menunjuk pada suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengelola konflik mulai dari perencanaan, evaluasi, dan pemecahan/penyelesaian suatu konflik sehingga menjadi sesuatu yang positif bagi perubahan dan pencapaian tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengelolaan konflik, dapat ditegaskan bahwa pengelolaan konflik merupakan cara yang digunakan individu dalam mengontrol, mengarahkan, dan menyelesaikan<br />
konflik, dalam hal ini adalah konflik interpersonal. <br />
<br />
Hodge dan Anthony (1991), memberikan gambaran melalui berbagai metode resolusi (penyelesaian) konflik, sebagai berikut: Pertama, dengan metode penggunaan paksaan. Orang sering menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredam atau dipadamkan. Kedua, dengan metode penghalusan (smoothing). Pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa kasihsayang, untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang mengarah pada perdamaian. Ketiga, penyelesaian dengan cara demokratis. Artinya, memberikan peluang kepada masing-masing pihak untuk mengemukakan pendapat dan memberikan keyakinan akan kebenaran pendapatnya sehingga dapat diterima oleh kedua belah pihak. Cribbin (1985) mengelaborasi terhadap tiga hal, yaitu mulai yang cara yang paling tidak efektif, yang efektif dan yang paling efektif. Menurutnya, strategi yang dipandang paling tidak efektif, misalnya ditempuh cara: (1) dengan paksaan. Strategi ini umumnya tidak disukai oleh kebanyakan orang. Dengan paksaan, mungkin konflik bisa diselesaikan dengan cepat, namun bisa menimbulkan reaksi kemarahan atau reaksi negatif lainnya; (2) dengan penundaan. Cara ini bisa berakibat penyelesaian konflik sampai berlarut-larut; (3) dengan bujukan. Bisa berakibat psikologis, orang akan kebal dengan bujukan sehingga perselisihan akan semakin tajam; (4) dengan koalisi, yaitu suatu bentuk persekutuan untuk mengendalikan konflik. Akan tetapi strategi ini bisa memaksa orang untuk memihak, yang pada gilirannya bisa menambah kadar konflik konflik sebuah ‘perang’; (5) dengan tawar-menawar distribusi. Strategi ini sering tidak menyelesaikan masalah karena masing-masing pihak saling melepaskan beberapa hal penting yang mejadi haknya, dan jika terjadi konflik mereka merasa menjadi korban konflik.<br />
Strategi yang dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik meliputi: (1) koesistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta diterapkan secara ketat dan konsekuen; (2) dengan mediasi (perantaraan). Jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu, masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak. Sedangkan strategi yang dipandang paling efektif, antara lain: (1) tujuan sekutu besar, yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik ke arah tujuan yang lebih besar dan kompleks. Misalnya denga cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih mantap; (2) tawar-menawar integratif, yaitu dengan menggiring pihak-pihak yang berkonflik, untuk lebih berkonsentrasi pada kepentingan yang luas, dan tidak hanya berkisar pada kepentingan sempit, misalnya kepentingan individu, kelompok, golongan atau suku bangsa tertentu. <br />
Nasikun (1993), mengidentifikasi pengendalian konflik melalui tiga cara, yaitu dengan konsiliasi (conciliation), mediasi (mediation), dan<br />
perwasitan (arbitration). Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi, terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud diharapkan berfungsi secara efektif, yang sedikitnya memenuhi empat hal: (1) harus mampu mengambil keputusan secara otonom, tanpa campur tangan dari badan-badan lain; (2) lembaga harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang berfungsi demikian; (3) lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik; dan (4) lembaga tersebut harus bersifat demokratis. Tanpa keempat hal tersebut, konflik yang terjadi di antara beberapa kekuatan sosial, akan muncul ke bawah permukaan, yang pada saatnya akan meledak kembali dalam bentuk kekerasan. Pengendalian dengan cara mediasi, dengan maksud bahwa pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami. Pengendalian konflik dengan cara perwasitan, dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menerima pihak ketiga, yang akan berperan untuk memberikan keputusan-keputusan, dalam rangka menyelesaikan yang ada. Berbeda dengan mediasi, cara perwasitan mengharuskan pihak-pihak yang berkonflik untuk menerima keputusan yang diambil oleh pihak wasit.<br />
Pola penyelesaian konflik juga bisa dilakukan dengan menggunakan strategi seperti berikut: (1) gunakan persaingan dalam penyelesaian konflik, bila tindakan cepat dan tegas itu vital, mengenai isu penting, dimana tindakan tidak populer perlu dilaksanakan; (2) gunakan kolaborasi untuk menemukan pemecahan masalah integratif bila kedua perangkat kepentingan terlalu penting untuk dikompromikan; (3) gunakan penghindaran bila ada isyu sepele, atau ada isu lebih penting yang mendesak; bila kita melihat tidak adanya peluang bagi terpuaskannya kepentingan anda; (4) gunakan akomodasi bila diketahui kita keliru dan untuk memungkinkan pendirian yang lebih baik didengar, untuk belajar, dan untuk menunjukkan kewajaran; dan (5) gunakan kompromis bila tujuan penting, tetapi tidak layak mendapatkan upaya pendekatan-pendekatan yang lebih tegas disertai kemungkinan gangguan.<br />
1. Macam-macam Pola Pengelolaan Konflik<br />
Menurut penelitian Vliert dan Euwema (dalam Farida, 1996) penelitian-penelitian mengenai cara-cara penyelesaian konflik menggunakan klasifikasi yang berbeda. Belum ada kesepakatan dari para ahli mengenai klasifikasi yang dianggap paling valid. Individu berhubungan dengan yang lain dalam tiga cara; moving toward others (mendapatkan dukungan), moving againts other (menyerang dan mendominasi), dan<br />
moving away from other (menarik diri dari orang lain dan masalah yang menimbulkan konflik) (Horney dalam Hall, 1985). Berpijak dari perbedaan budaya, nilai maupun adat kebiasaan, Ury, Brett, dan Goldberg (dalam Tinsley, 1998) mengajukan tiga model pengelolaan konflik, sebagai berikut.<br />
1. Deffering to status power<br />
Individu dengan status yang lebih tinggi memiliki kekuasaan untuk membuat dan memaksakan solusi konflik yang ditawarkan. Status sosial memegang peranan dalam menentukan aktivitas-aktivitasyang akan dilakukan.<br />
2. Applying regulations<br />
Model ini ditekankan oleh asumsi bahwa interaksi sosial diatur oleh hukum universal. Peraturan diterapkan secara merata pada seluruh anggota. Peraturan dibakukan untuk menggambarkan hukuman dan penghargaan yang diberikan berdasarkan perilaku yang dilakukan, bukan berdasarkan orang yang terlibat.<br />
3. Integrating interest<br />
Model ini menekankan pada perhatian pihak yang terlibat, untuk membuat hasilnya lebih bermanfaat bagi mereka daripada tidak mendapatkan kesepakatan satupun. Disini masing-masing pihak saling berbagi minat, prioritas, untuk menemukan penyelesaian yang dapat mempertemukan minat mereka masing-masing. Pola penyelesaian konflik bila dipandang dari sudut menang-kalah pada masing-masing pihak, maka ada empat bentuk pengelolaan konflik, yaitu:<br />
1. Bentuk kalah-kalah (menghindari konflik)<br />
Bentuk pertama ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.<br />
2. Bentuk menang-kalah (persaingan)<br />
Bentuk kedua ini memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kekuasaan atau pengaruh digunakan untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut individu tersebut yang keluar sebagai pemenangnya. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah.<br />
3. Bentuk kalah-menang (mengakomodasi)<br />
Agak berbeda dengan bentuk kedua, bentuk ketiga yaitu individu kalah-pihak lain menang ini berarti individu berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang diinginkan.<br />
4. Bentuk menang-menang (kolaborasi)<br />
Bentuk keempat ini disebut dengan gaya pengelolaan konflik kolaborasi atau bekerja sama. Tujuannya adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut (Prijosaksono dan Sembel, 2002). Berbeda dengan pendapat diatas, Hendricks (2001) mengemukaan lima gaya pengelolaan konflik yang diorientasikan dalam organisasi maupun perusahaan. Lima gaya yang dimaksud adalah:<br />
1. Integrating (menyatukan, menggabungkan)<br />
Individu yang memilih gaya ini melakukan tukar-menukar informasi. Disini ada keinginan untuk mengamati perbedaan dan mencari solusi yang dapat diterima semua kelompok. Cara ini mendorong berpikir kreatif serta mengembangkan alternatif pemecahan masalah.<br />
2. Obliging (saling membantu)<br />
Disebut juga dengan kerelaan membantu. Cara ini menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain sementara dirinya sendiri dinilai rendah. Kekuasaan diberikan pada orang lain. Perhatian tinggi pada orang lain menyebabkan seorang individu merasa puas dan merasa keinginannya terpenuhi oleh pihak lain, kadang mengorbankan sesuatu yang penting untuk dirinya sendiri.<br />
3. Dominating (menguasai)<br />
Tekanan gaya ini adalah pada diri sendiri. Kewajiban bisa saja diabaikan demi kepentingan pribadi. Gaya ini meremehkan kepentingan orang lain. Biasanya berorientasi pada kekuasaan dan penyelesaiannya cenderung dengan menggunakan kekuasaan.<br />
4. Avoiding (menghindar)<br />
Individu yang menggunakan gaya ini tidak menempatkan suatu nilai pada diri sendiri atau orang lain. Ini adalah gaya menghindar dari persoalan, termasuk di dalamnya menghindar dari tanggung jawab atau mengelak dari suatu isu.<br />
5. Compromising (kompromi)<br />
Perhatian pada diri sendiri maupun orang lain berada dalam tingkat sedang.<br />
Berbeda dengan yang dikemukakan Johnson & Johnson (1991) bahwa strategi pengelolaan konflik ada karena dipelajari, biasanya sejak masa kanak-kanak sehingga berfungsi secara otomatis dalam level bawah sadar (preconscious). Tapi karena dipelajari, maka seseorangpun dapat mengubah strateginya dengan mempelajari cara baru dan lebih efektif dalam menangani konflik. Lebih lanjut Johnson & Johnson (1991) mengajukan beberapa gaya atau strategi dasar pengelolaan konflik, yaitu:<br />
1. Withdrawing (Menarik Diri). Individu yang menggunakan strategi ini percaya bahwa lebih mudah menarik diri (secara fisik dan psikologis) dari konflik daripada menghadapinya. Mereka cenderung menarik diri untuk menghindari konflik. Baik tujuan pribadi maupun hubungan dengan orang lain dikorbankan. Mereka menjauh dari isu yang dapat menimbulkan konflik serta dari orangorang yang terlibat konflik dengannya.<br />
2. Forcing (Memaksa). Individu berusaha memaksa lawannya menerima solusi konflik yang ditawarkannya. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting. Mereka menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya. Mereka tidak peduli akan kebutuhan dan minat orang lain, serta apakah orang lain itu menerima solusi mereka atau tidak. Mereka menganggap konflik dapat diselesaikan dengan satu pihak yang menang dan pihak yang lain kalah. Mereka mencapai kemenangan dengan jalan menyerang, menghancurkan, dan mengintimidasi orang lain.<br />
3. Smoothing (Melunak). Individu yang menggunakan strategi ini berpendapat bahwa mempertahankan hubungan dengan orang lain jauh lebih penting dibandingkan dengan pencapaian tujuan pribadi. Mereka ingin diterima dan dicintai. Mereka merasa bahwa konflik harus dihindari demi keharmonisan dan bahwa orang tidak akan dapat membicarakan konflik tanpa mengakibatkan rusaknya hubungan. Mereka takut jika konflik berlanjut, maka orang lain akan kecewa dan ini menyebabkan rusaknya hubungan. Mereka mengorbankan tujuan pribadinya demi mempertahankan kelangsungan hubungan.<br />
4. Compromising (Kompromi). Strategi ini digunakan individu yang menaruh perhatian baik terhadap pribadinya sendiri maupun hubungan dengan orang lain. Mereka berusaha berkompromi, mengorbankan tujuannya sendiri dan mempengaruhi pihak lain untuk mengorbankan sebagian tujuannya juga. Mereka mencari solusi konflik agar kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan, solusi pertengahan antara dua posisi yang ekstrim.<br />
5. Confronting (Konfrontasi). Individu dengan tipe ini menaruh perhatian sangat tinggi terhadap tujuan pribadi maupun kelangsungan hubungan dengan orang lain. Mereka memandang konflik sebagai masalah yang harus dipecahkan dan solusi terhadap konflik haruslah mencapai tujuan pribadinya sendiri maupun tujuan orang lain. Konflik dipandang dapat meningkatkan hubungan dengan menurunkan ketegangan antara dua pihak yang terlibat. Dengan solusi yang memuaskan kedua belah pihak, mereka mencoba mempertahankan kelangsungan hubungan dapat memuaskan baik mereka sendiri maupun orang lain. Klasifikasi-klasifikasi yang diajukan beberapa ahli di atas, jika diperhatikan tidak benar-benar berbeda. Perbedaan yang ada hanya pada istilah yang dipakai namun memiliki pengertian yang hampir sama.<br />
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Penyelesaian Konflik Johnson & Johnson (1991) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan bilamana seseorang terlibat dalam suatu konflik, dan akibatnya menentukan bagaimana seseorang menyelesaikan konflik, sebagai berikut: (1) tercapainya persetujuan yang dapat memuaskan kebutuhan serta tujuannya. Tiap orang memiliki tujuan pribadi yang ingin dicapai. Konflik bisa terjadi karena tujuan dan kepentingan individu menghalangi tujuan dan kepentingan individu lain; (2) seberapa penting hubungan atau interaksi itu untuk dipertahankan. Dalam situasi sosial, yang di dalamnya terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup bersama dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena itu diperlukan interaksi yang efektif selama beberapa waktu. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan konflik, seperti dirangkum sebagai berikut.<br />
1. Kepribadian Individu Yang Terlibat Konflik<br />
Stenberg dan Soriano (dalam Farida, 1996) berpendapat bahwa gaya pengelolaan konflik seorang individu dapat diprediksi dari karakteristik-karakteristik intelektual dan kepribadiannya. Mereka menemukan bahwa subyek dengan skor intelektual yang rendah cenderung menggunakan aksi fisik dalam mengatasi konflik. Sebaliknya subyek dengan skor intelektual yang tinggi lebih cenderung untuk menggunakan gaya-gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik melunak.<br />
Dari karakteristik kepribadian dapat diprediksi bahwa subyek dengan skor tinggi pada need for deference (kebutuhan untuk mengikuti dan mendukung seseorang), need for abasement (kebutuhan untuk menyerah atau tunduk) dan need for order (kebutuhan untuk membuat teratur) cenderung untuk memilih gayagaya pengelolaan konflik yang membuat konflik melunak. Sebaliknya subyek dengan skor tinggi pada need for autonomy (kebutuhan untuk bebas dan lepas dari tekanan) dan need for change (kebutuhan untuk membuat perubahan) memiliki kecenderungan untuk memilih paling tidak satu gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik semakin intensif.<br />
Menurut Broadman dan Horowitz (dalam Farida, 1996) karakteristik kepribadian yang terutama berpengaruh terhadap gaya pengelolaan konflik adalah kecenderungan agresifitas, kecenderungan untuk mengontrol dan menguasai, orientasi kooperatif dan kompetitif, kemampuan untuk berempati, dan kemampuan untuk menemukan pola penyelesaian konflik.<br />
2. Situasional<br />
Aspek situasi yang penting antara lain adalah perbedaan struktur kekuasaan, riwayat hubungan, lingkungan sosial dan pihak ketiga. Apabila satu pihak memiliki kekuasaan lebih besar terhadap situasi konflik, maka besar kemungkinan konflik akan diselesaikan dengan cara dominasi oleh pihak yang lebih kuat posisinya. Riwayat hubungan menunjuk pada pengalaman sebelumnya dengan pihak lain, sikap dan keyakinan terhadap pihak lain tersebut. Termasuk dalam aspek lingkungan sosial adalah norma-norma sosial dalam menghadapi konflik dan iklim sosial yang mendukung melunaknya konflik atau justru mempertajam konflik. Sedangkan campur tangan pihak ketiga yang memiliki hubungan buruk dengan salah satu pihak yang berselisih dapat menyebabkan membesarnya konflik. Sebaliknya, hubungan baik pihak ketiga dengan pihak-pihak yang berselisih dapat melunakkan konflik karena pihak ketiga dapat berperan sebagai mediator.<br />
3. Interaksi<br />
Digunakannya pendekatan disposisional saja dalam mencari pemahaman akan perilaku sosial dianggap mempunyai manfaat yang terbatas. Pendekatan yang lebih dominan dalam menerangkan perilaku sosial adalah interaksi dan saling mempengaruhinya determinan situasional dan disposisional.<br />
4. Isu Konflik<br />
Tipe isu tertentu kurang mendukung resolusi konflik yang konstruktif dibandingkan dengan isu yang lain. Tipe isu seperti ini mengarahkan partisipan konflik untuk memandang konflik sebagai permainan kalah-menang. Isu yang berhubungan dengan kekuasaan, status, kemenangan, dan kekalahan, pemilikan akan sesuatu yang tidak tersedia substitusinya, adalah termasuk tipetipe isu yang cenderung diselesaikan dengan hasil menang-kalah. Tipe yang lain yang tidak berhubungan dengan hal-hal di atas dapat dipandang sebagai suatu permainan yang memungkinkan setiap pihak yang terlibat untuk menang. Pada umumnya, konflik kecil lebih mudah diselesaikan secara konstruktif daripada konflik besar. Akan tetapi pada konflik yang destruktif, konflik yang sebenarnya kecil cenderung untuk membesar dan meluas. Perluasan ini dapat terjadi bila konflik antara dua individu yang berbeda dianggap sebagai konflik rasial. Selain itu bisa juga jika konflik tentang masalah biasa dipandang sebagai konflik yang bersifat substantif atau dipandang menyangkut harga diri dan kekuasaan. Robbins (1996) mengungkapkan ada beberapa teknik yang bisa dijadikan acuan dalam pemecahan konflik dan perangsangan konflik, seperti berikut.<br />
<br />
<div class="floatleft"><a class="image" href="http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Konflik1.jpg" title="Konflik1.jpg"><img alt="" border="0" height="209" src="http://www.crayonpedia.org/wiki/images/d/d8/Konflik1.jpg" width="418" /></a></div><br />
<div class="floatleft"><a class="image" href="http://www.crayonpedia.org/mw/Berkas:Konflik2.jpg" title="Konflik2.jpg"><img alt="" border="0" height="615" src="http://www.crayonpedia.org/wiki/images/9/91/Konflik2.jpg" width="429" /></a></div><div class="floatleft"><br />
</div>F. RINGKASAN<br />
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent). Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan di atas dasar kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan. Konflik pada dasarnya merupakan bagian dari kehidupan sosial, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Konflik dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda, merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti. Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Empat postulat yang menunjukkan keniscayaan itu, adalah: (1) setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial terdapat di manamana;<br />
(2) setiap masyarakat memperlihatkan konflik dan pertentangan, konflik terdapat di mana-mana; <br />
(3) setiap unsur dalam masyarakat memeberikan kontribusi terhadap desintegrasi dan perubahan; <br />
(4) setiap masyarakat dicirikan oleh adanya penguasaan sejumlah kecil orang terhadap sejumlah besar lainnya. <br />
<br />
Bilamana terjadi konflik diantara temanmu atau dengan gurumu, bagaimana cara penyelesaiannya?Apakah cara penyelesaian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas?Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagaimacam sebab. Begitu sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. Kadang sesuatu yang sifatnya sederhana bisa menjadi sumber konflik bagi kelompok manusia. sumber konflik sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber konflik dapat berasal dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu misalnya adanya perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan dari lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada.<br />
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan<br />
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang individu, antar individu, kelompok, organisasi maupun antar negara. <br />
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group) yang mengalami konflik dengan kelompok lain; (2) keretakan hubungan antar kelompokyang bertikai; (3) perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dan lain-lain; (4) kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia; dan (5) dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Pengelolaan konflik merupakan cara yang digunakan individu dalam mengontrol, mengarahkan, dan menyelesaikan konflik, dalam hal ini adalah konflik interpersonal. Strategi yang dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik meliputi: (1) koesistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta diterapkan secara ketat dan konsekuen; (2) dengan mediasi (perantaraan). Jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu, masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak.<br />
<br />
Sedangkan strategi yang dipandang paling efektif, antara lain: (1) tujuan sekutu besar, yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik ke arah tujuan yang lebih besar dan kompleks. Misalnya dengan cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih mantap; (2) tawarmenawar integratif, yaitu dengan menggiring pihak-pihak yang berkonflik, untuk lebih berkonsentrasi pada kepentingan yang luas, dan tidak hanya berkisar pada kepentingan sempit, misalnya kepentingan individu, kelompok, golongan atau suku bangsa tertentu.sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-3163659743139529672011-12-18T07:12:00.000-08:002011-12-22T07:34:30.148-08:00Lembaga Sosial<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Pengertian lembaga social</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Lembaga</b> (institutations) adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Lembaga </b>adalah proses yang terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> Pendapat para tokoh tentang Difinisi Lembaga social :</span></span></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Menurut Koentjaraningkrat : <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pranata</b> social adalah suatu system tatakelakuan dan hubungan yang berpusat kepada akatifitas social untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">menurut Leopold Von Weise dan Becker : <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Lembaga social</b> adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan kelompoknya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Page : <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Lembaga social</b> adalah prosedur atau tatacara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Menurut Soerjono Soekanto, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pranata social</b> adalah himpunana norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehiduppan masyarakat.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Proses pertumbuhan lembaga social</b>.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Timbulnya institusi social dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :</span></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">secara tidak terncana</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">secara terencana</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Secara tidak terencana</i></b> maksudnya adalah institusi itu lahir secara bertahap dalam kehidupan masyarakat, biasanya hal ini terjadi ketika masyarakat dihadapkan pada masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat penting. Contohnya adalah dalam kehidupan ekonomi , dimasa lalu , untuk memperoleh suatu barang orang menggunakan system barter , namun karena dianggap sudah tidak efisien dan menyulitkan , maka dibuatlah uang sebagai alat pembayaran yang diakui masyarakat, hingga muncul lembaga ekonomi seperti bank dan sebagainya</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Secara terencana maksudnya adalah institusi muncul melalui suatu proses perncanaan yang matang yang diatur oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Contohnya lembaga transmigrasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai cara untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk. Singkat kata bahwa proses terbentuknya lembaga social berawal dari individu yang saling membutuhkan . Saling membutuhkan ini berjalan dengan baik kemudian timbul aturan yang disebut norma kemasyarakatan. Norma kemasyarakatan dapat berjalan baik apabila terbentuk lembaga social.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Individu ---------- Saling membutuhkan …………..Norma ………………….Lembaga social.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Untuk dapat membedakan kekuatan tingkatan mengikat norma secara sosiologis dikenal empat macam norma :</span></span></b></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l6 level1 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Cara (usage) . Norma ini menunjukan suatu bentuk perbuatan dan mempunyai kekuatan sangat lemah. Cara (usage) lebih menonjol dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadap norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman tetapi biasanya dapat celaan. Contoh cara makan yang berisik, minim sambil bersuara dll.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l6 level1 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Kebiasaan folkways) menunjukan pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Contoh orang yang mempunyai kebiasaan memberikan hormat kepada orang yang lebih tua usianya dll.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l6 level1 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Adat istiadat (custom) Tata kelakuan yang telah berlangsung lama dan terintegrasi secara kuat dengan pola perilaku masyrakat dapat meningkatkan kekuatan normatifnya menjadi adat istiadat</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 0.25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Tipe-tipe lembaga social </span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">a. Berdasarkan sudut perkembangan </span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 1. Cresive institution yaitu istitusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> Contoh institusi agama, pernikahan dan hak milik.</span></span></div><ol start="3" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya institusi pendidikan</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">b</b>. <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat.</b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b>1. Basic institutions yaitu institusi social yang dianggap penting untuk memlihara dan </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contohnya keluarga, sekolah, Negara </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 2. Subsidiary institutions yaitu institusi social yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> oleh masyarakat kurang penting dan berbeda di masing-masing masyarakat.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">c</b>.<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat .</b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 1. Approved atau social sanctioned institutions yaitu institusi social yang diterima oleh </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> masayarakat misalnya sekolah atau perusahaan dagang.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 2. Unsanctioned institutions yaitu institusi yang ditolak masyarakat meskipun masyarakat </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> tidak mampu memberantasnya. Contoh organisasi kejahatan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">d. Berdasarkan sudut penyebarannya</b>.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 1. General institutions yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> Contohnya institusi agama</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 2. Restrikted institutions intitusi social yang hanya dikenal dan dianut oleh sebagian kecil </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> masyarakat tertentu, contoh islam, protestan, katolik dan budha.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">e. Berdasrkan sudut fungsinya</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 1. Operative institutions yaitu institusi yang berfungsi menghimpun pola-pola atau cara-</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> cara yang diperlukan dari masyarakat yang bersangkutan. Contoh institusi ekonomi</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> 2. Regulative institutions yaitu institusi yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> tatakelakuan dalam masyarakat. Contoh institusi hukum dan politik seperti pengadilan </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> dan kejaksaan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Institusi Keluarga</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat. Dan juga institusi pertama yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Proses terbentuknya Keluarga.</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Pada umumnya keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah menurut agama, adat atau pemerintah dengan proses seperti dibawah ini :</span></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l7 level1 lfo4; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">diawali dengan adnya interaksi antara pria dan wanita</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l7 level1 lfo4; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim sehingga terjadi proses perkawinan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l7 level1 lfo4; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah keluarga inti</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana hubungan antara lembaga keluarga dengan lembga agama ?</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Tujuan Perkawinan.</span></span></b></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l3 level1 lfo5; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Untuk mendapatkan keturunan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l3 level1 lfo5; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita </span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l3 level1 lfo5; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang </span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l3 level1 lfo5; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Fungsi keluarga</span></span></b></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi Reproduksi artinya dalam keluarga anak-anak merupakan wujud dari cinta kasih dan tanggung jawab suami istri meneruskan keturunannya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi sosialisasi artinya bahwa keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. Keluarga sebagai wahana sosialisasi primer harus mampu menerapakan nilai dan norma masyarakat melalui keteladanan orang tua.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi afeksi artinya didalam keluarga diperlukan kehangatan rasa kasih saying dan perhatian antar anggota keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai makluk berpikir dan bermoral (kebutuhan integratif) apabila anak kurang atau tidak mendapatkannya , kemungkinan ia sulit untuk dikendalikan nakal, bahkan dapat terjerumus dalam kejahatan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi ekonomi artinya bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai kewajiban ekonomi seluaruh keluarganya . Ibu sebagai sekretaris suami didalam keluarga harus mampu mengolah keuangan sehingga kebutuahan dalam rumah tangganya dapat dicukupi.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi pengawasan social artinya bahwa setiap anggota keluarga pada dasarnya saling melakukan control atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga .</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi proteksi (perlindungan) artinya fungsi perlindungan sangat diperlukan keluarga terutma anak , sehigngga anak akan merasa aman hidup ditengah-tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari berbagai ancaman fisik mapun mental yang dating dari dalam keluarga maupun dari luar keluarganya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l5 level1 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi pemberian status artinya bahwa melalui perkawinan seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat yaitu suami atau istri. Secara otomatis mereka akan diperlakukan sebagai orang yang telah dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak dan masyarakatnya.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Peran dan fungsi lembaga pendidikan</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 27pt; mso-list: l10 level1 lfo7; tab-stops: list 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">1.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Fungsi manifest pendidikan</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">a.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">membantu orang untuk mencari nafkah</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">b.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">c.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Melestarikan kebudayaan dengan caramengajarkannya dari generasi kegenerasi berikutnya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">d.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan mengembangkan cara berpikir rasional</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">e.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Memperkaya kehidupan dengan cara menciptakan kemungkainan untuk berkembangnya cakrawala intelektual dan cinta rasa keindahan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">f.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan pribadi dan berbagai kursus</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">g.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Meningkatkan taraf kesehatan para pemuda bangsa melalui latihan dan olahraga.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">h.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Menciptakan warga Negara yang patreotik melalui pelajaran yang menggambarkan kejayaan bangsa.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l10 level2 lfo7; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">i.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">Membentuk kepribadian yaitu susunan unsur dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 27pt; mso-list: l10 level1 lfo7; tab-stops: list 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">2.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Fungsi laten lembaga pendidikan.</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Fungsi ini berkaitan dengan fungsi lembaga pendidikan secara tersembunyi yaitu menciptakan atau melahirkan kedewasaan peserta didik.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 0.75in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Singkat kata bahwa fungsi pendidikan yang berkaitan dengan fungsi yang </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"> nyata (manifest) adalah :</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">1.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">2.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentaingan masyarakat.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">3.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">melestarikan kebudayaan</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">4.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 0.75in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 0.75in; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sedangkan fungsi laten lembaga pendidikan adalah</b> :</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l1 level1 lfo9; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">1.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">mengurangi pengendalian orang tua melalui pendidikan sekolah orang tua melimoahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l1 level1 lfo9; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">2.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">menyediakan saranan untuk pembangkangan , Sekolah mempunyai potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l1 level1 lfo9; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">3.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">mempertahankan system kelas social . Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise , privilese, dan status yang ada dalam masyarakat.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt 1in; mso-list: l1 level1 lfo9; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="font-size: small;">4.</span><span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span><span style="font-size: small;">memperpanjang masa remaja . Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Tujuan dan funsi lembaga ekonomi</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Fungsinya dari lembaga ekonomi adalah :</span></span></b></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberi pedomantentang harga jual beli barang</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberikan pedoman tentang cara pengupahan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberikan pedomantentang cara pemutusan hubungan kerja</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">memberi identitas bagi masyarakat.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Struktur lembaga ekonomi</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Secara sederhana, lembaga ekonomi dapat diklasifikasikan sb;</span></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l9 level1 lfo11; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">sector agraris yang meliputi sector pertanian, seperti sawah, perladangan, perikanan, dan pertenakan.(Gathering/pengumpulan) yaitu proses pengumpulan barang atau sumberdaya alam dari lingkungannya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l9 level1 lfo11; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">sector industri ditandai dengan kegiatan produksi barang.(production)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l9 level1 lfo11; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">sector perdagangan merupakan aktifitas penyaluran barang dari produsen ke konsumen {Distributing) yaitu proses pembagian barang dan komonditas pada subsistem-subsistem lainnya.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman';">Ada beberapa unsur lembaga ekonomi :</span></span></div><ol style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l4 level1 lfo12; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Pola perilaku : efisiensi, penghematan, profesionalisme, mencari keuntungan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l4 level1 lfo12; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Budaya simbolis : merk dagang, hak paten, slogan , lagu komersial</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l4 level1 lfo12; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Budaya manfaat : took, pabrik,pasar, kantor, balngko, formulir.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l4 level1 lfo12; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Kode spesialisasi : kontrak, lesensi, kontrak monopoli, akte perusahaan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l4 level1 lfo12; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small;">Ideologi : liberalisme, tanggungjawab ,manajerial, kebebasan beryusaha, hak buruh.<span style="color: magenta;"></span></span></li>
</ol>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6461827778452174784.post-45872690114991599262011-11-08T21:58:00.000-08:002011-12-22T07:35:36.797-08:00perubahan sosial<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengertian dan Teori Perubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengertian Perubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa perubahan nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, satuan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya. Perubahan sosil menurut para ahli:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo3; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Samuel Koenig: perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo3; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kingsley Davis: Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam stuktur masyarakat.</span><br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori Perubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori Evolusi</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Teori ini melihat perkembangan manusia sebagai proses yang sifatnya multilinear, sebab perkembangan dapat muncul dengan cara dan di masyarakat yang berbeda.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori Siklus</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Teori ini memandang perkembangan dalam masyarakat ibarat sebuah organisme. Ada masa kelahiran. Kanak-kanak, dewas dan kematian.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori Fungsional</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Teori ini memandang setiap elemen masyrakat memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat yang lain.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teori Konflik</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Teori ini memiliki beberapa asumsi, antara lain: a). Setiap masyarakat merupakan subjek dari perubahan, b). Setiap masyarakat pasti memiliki pertikaian atau konflik, c). Setiap elemen masyrakat memberikan sumbangan terhadap disintegrasi atau perubahan, d). Setiap anggota masyarakat berdasarkan suatu paksaan yang dilakukan oleh satu anggota masyarakat ke anggota lain. </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan yang Berlangsung secara lambat dan cepat</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Perubahn sosial secara lambat sering disebut evolusi. Cirinya perubahn ini seolah tidak terjadi, berlangsung secara lambat, dan umumnya tidak menimbulkan disintegrasi kehidupan. Contohnya perubahn pada masyarakat primitif. Perubahan sosial secara cepat sering disebut revolusi, yaitu terjadi secara cepat, menyangkut hal-hal mendasar dan sering menimbulkan disintegrasi. Contohnya Revolusi Prancis.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan yang Pengaruhnya Besar dan Kecil</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan sosial yang tidak menyangkut berbagai aspek kehidupan dan perubahan tersebut tidak menimbulkan perubahn pada struktur sosial. Perubahn yang pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo5; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">C.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan yang Direncanakan dan yang tidak Direncanakan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Perubahan yang direncanaka adalah perubahan yang direncanakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan. Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang muncul diluar jangkauan pengawasan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor-Faktor yang mempengaruhiPerubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor Geografis</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Faktor geografis ini seperti lingkungan fisik.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor Teknologi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Adanya penemuan-penemuan teknologi baru.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">C.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor Kepemimpinan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang kharismatik.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">D.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor Penduduk</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Peningkatan dan peurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l8 level1 lfo7; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor Pendorong</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1). Faktor Intern</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bertambah atau berkurangnya penduduk.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penemuan-penemuan baru.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pertentangan- pertentanga dalam masyarakat.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terjadinya pemberontakan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2). Faktor Ekstern</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan lingkungan fisik.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Peperangan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 108.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo4; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengaruh dari kontak kebudayaan dengan masyarakat lain.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l8 level1 lfo7; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Faktor penghambat</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo8; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo8; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo8; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sikap masyarakat yang tradisional.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo8; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kepentinagn pribadi.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo8; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rasa takut</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 90.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level1 lfo8; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Courier New'; font-size: 12pt; line-height: 150%;">o<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Prasangka terhadap hal-hal baru.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Proses Perubahan Sosial</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut Alvin L. Bertrand, proses perubahn sosial sebagai berikut:</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Difusi</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Ialah proses perubahn unsur-unsur kebudayaan dari individu satu ke individu lain dan dari masyarakat satu ke masyarakat lain.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Akulturasi</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Merupakan suatu proses sosila yang timbul apabila siatu kelompok manusia dengan suatu unsur kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya tanpa menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan daerah asli.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">C.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Asimilasi</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Merupakan proses sosial tingkat lanjut yang timbul apabila terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai latar belakng berbeda saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaan dari masing-masing golongan tersebut berubah sifat dari yang khas menjadi unsir-unsur kebudayaan baru yang berbeda dengan asalnya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">D.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Akomodasi</span></div><h2 style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.95pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 150%;">Menunjuk pada usaha manusia untuk meredakan pertentangan. Bentuk- bentuk akomodasi: coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, tolerantion, stalemate, adjudication. </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 150%;"></span></h2><div class="MsoNormal"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div>sociahttp://www.blogger.com/profile/10169655472812534166noreply@blogger.com0